Menginjak bara api di hari pertama kuliah
Hari itu langit dipayungi awan kelabu. Tetesan air hujan yang mengalir deras menghujam tubuh saya, ditambah hawa dingin dari angin yang berhembus kencang. Hari itu merupakan lembaran baru bagi saya dalam dunia pendidikan, hari itu ialah hari pertama saya kuliah. Seperti yang kita ketahui bersama di Indonesia saat awal menempuh pendidikan pasti ada orientasi pengenalan kampus atau biasa kita kenal dengan istilah ospek.
Mendengar kata ospek memang membuat banyak orang risau bahkan merinding, hal ini dikarenakan banyaknya kasus perundungan yang bahkan tak jarang menelan korban jiwa ketika ospek di indonesia, terlebih lagi di perguruan tinggi. Kerisauan ini juga melanda hati saya, ya saya sangat khawatir jika para senior nantinya melakukan hal yang tidak mengenakan terhadap saya, apalagi saya hanya manusia lemah dan bodoh serta tak bisa berbuat apa-apa.
Saat saya sampai di kampus hati rasanya begitu cemas bercampur aduk tak menentu dan berbagai pola pikir negatif semakin menggeliat dengan liar, tiap kali kaki berpijak di atas permukaan bumi rasanya seperti menginjak bara api yang panasnya menusuk sampai ke hati, bahkan menelan ludah sendiri rasanya sulit dan nyesek di hati. Sanubari terus merangkai kata untuk menggambarkan keadaan demi keadaan yang saya alami. Dalam hati, saya hanya bisa berharap semua ini bisa saya lalui dengan baik-baik saja, walaupun berbagai problematika datang dengan silih berganti saya hanya mencoba untuk bertahan sekuat hati, layaknya karang yang digerus ganasnya ombak. Saya juga berharap ini bukan kenyataan dan hanyalah mimpi yang menjadi pemanis tidur saya atau barangkali saya bisa memutar waktu seakan-akan ini semua belum terjadi atau bahkan tidak pernah terjadi.
Kerumunan orang memadati alun-alun kampus kala itu, datang dari berbagai lapisan, kalangan serta berbagai identitas yang beragam, namun memiliki satu tujuan yakni dari bukan apa-apa menjadi siapa-siapa. Setiap orang memiliki karakter, corak dan bentuk rupa yang beragam. Sorot tajam mata mereka menyiratkan sejuta tanda tanya, entah apa yang sedang mereka pikirkan? Saya hanya mencoba menerka dari berbagai persepsi maupun asumsi. Saya terdiam dan hanya bisa diam, udara dingin yang terus menyerang dari segala penjuru menerpa sekujur tubuh ditambah langit yang tiada henti menagis kala itu semakin membuat tubuh menggigil. Tubuh yang dibalut jas almamater kebanggaan bisa menjadi penghangat tubuh ditengah dinginnya udara saat itu, ditengah kerumunan orang yang berbaju seragam, tubuh pegal tiada tara karena hanya terus duduk dan tak tahu harus berbuat apa, laksana abdi yang hanya menunggu perintah sang raja. Dalam hati terjadi kecamuk dan terus menjerit meminta agar hal ini bisa cepat berakhir. Namun, apa boleh buat kita bukanlah penguasa yang bisa berkehendak semau kita.
Hari itu merupakan hari-hari sulit bagi saya, di dalam benak saya selalu terbesit pemikiran, apakah mungkin saya bisa bertahan dengan kondisi lingkungan seperti ini? saya seperti sedang menjalani seleksi alam, yakni kemampuan setiap makhluk hidup untuk bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya, siapa yang kuat dialah yang bisa bertahan akan tetapi jikalau ia lemah dia akan tersisih dan hanya menjadi semut kecil yang tiada mata menoleh ke arahnya.
Dunia perkuliahan merupakan dunia dimana setiap orang dituntut untuk bisa mandiri dengan segala keterbatasan dan yang paling penting pandai bergaul dengan orang baru. Esensi dari perkuliahan itu sendiri tidak lain ialah untuk menggapai asa tentang harapan yang telah digantungkan setinggi langit, jika hal itu tidak dicapai setidaknya seorang yang pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi bisa menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya, karena ia telah membuat sedikit loncatan dari zona nyamannya. Hal itu juga saya harapkan sebagai seorang mahasiswa baru, terlepas dari berhasil tidaknya saya nanti biarlah waktu yang menjawab. Namun untuk menggapai sebuah kesuksesan harus diiringi dengan usaha yang keras, tekad yang kuat serta yang paling penting ialah selalu berdoa kepada Allah sang maha kuasa. Saya hanya bisa terus berharap setiap saat bisa mengahadapi berbagai rintangan maupun batu sandungan yang bisa datang kapan saja tanpa memberi tahu waktu datangnya, dan semoga semua angan-angan serta mimpi dan khayalan tidak hanya terus menjadi mimpi yang membuai ketika mata terpejam akan tetapi bisa menjadi realita yang mengubah masa depan.
Introvert? Sounds like me :)
ReplyDeleteYes, you understand my personality
DeleteHadir,dari newstrans7
ReplyDelete